Tiada Hari Libur
Setelah bekerja dan merantau, jauh dari keluarga. Saya menyadari satu hal, bahwa tiada hari libur bagi orang dewasa. Kenyataan yang cukup membuat saya terkejut. Selalu ada saja yang harus dilakukan, tidak seperti saat SMA. Ada libur semester, begitu kuliah yang menjadi sarana jeda untuk kesibukan yang ada. Tapi, lain halnya dengan bekerja. Bekerja adalah hal yang harus dilakukan di sisa hidup.
Berangkat kerja, pukul delapan pagi dan pulang sekitar jam 6 petang. Belum lagi kerjaan yang dibawa ke rumah. Di lanjutkan dengan mencuci baju, piring dan sebagainya. Tidak ada jeda untuk berleha-leha seperti saat pengangguran dulu.
Pantas saja saya tertawa saat membaca cuitan di tiktok yang mengatakan bahwa kehidupan dewasa itu adalah mengenai bekerja dan mencuci. Entah itu, baju maupun piring.
Dan yang membuat saya kesal adalah, seharusnya di hari libur ini saya lebih bersantai di rumah dengan menggulirkan konten-konten tiktok absurd, tapi berakhir dengan membersihkan kulkas yang dikotori oleh kecap yang tertumpah.
Ternyata beginilah kehidupan ibuku, selain ia mencari uang untuk dirinya. Ia juga berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kecil di rumah seperti ini. Dan akhirnya dengan berat hati, saya membersihkan kulkas yang sudah kotor itu. Tidak hanya itu, saya harus menyapu dan mengepel lantai yang kotor juga.
Saya sepertinya harus terbiasa dengan tanggungjawab sebagai manusia dewasa yang masih tidak menyangka dirinya dewasa bukan lagi remaja.